• Jelajahi

    Copyright © Sergap24
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Halaman

    Yusnita : Ketika Pena Merajut Asa di Tanah Bertuah Seram

    Redaksi
    Kamis, 29 Mei 2025, Mei 29, 2025 WIB Last Updated 2025-05-29T06:45:24Z
    masukkan script iklan disini
    (Ads) Butuh Bantuan Hukum :



    Maluku Tengah, Sergap24.info


    Di jantung Maluku, di mana ombak Pasifik berbisik tentang sejarah kuno dan angin membawa aroma rempah cengkeh serta pala yang abadi dari pedalamannya, seorang perempuan bernama Yusnita Tiakoly berdiri teguh. 


    Jemarinya yang dulu lincah menari di atas tuts mesin ketik, kini mengukir jejak di medan yang berbeda, namun esensi perjuangannya tetap sama: merajut narasi, membangun jembatan. Ia bukan lagi di garis depan medan perang pemberitaan, namun semangat jurnalismenya membara, nyalanya kini menghangatkan dinding-dinding Departemen Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Barat. 


    Sebuah pergeseran yang mungkin terlihat drastis, namun bagi Nita, ini adalah evolusi, sebuah panggilan baru untuk terus bercerita tentang keindahan dan potensi negerinya.


    Dulu, pena adalah senjatanya, tinta adalah darahnya, dan berita adalah detak jantung kehidupannya. Setiap goresan adalah upaya mengungkap kebenaran, setiap kalimat adalah suara bagi yang tak bersuara. Kini, kata-kata adalah benang-benang sutra, menghubungkan keindahan tersembunyi Seram, dengan pantainya yang berpasir putih bak mutiara, air terjunnya yang menembus hutan lebat, hingga keramahan adat di desa-desa terpencil, dengan mata dunia. 


    Ia  pernah merangkul Mingguan Ekspresi Maluku dan ekspresimaluku.com, media daring yang ia dirikan dengan keringat dan idealisme, menjadikannya bukan sekadar portal berita, melainkan sebuah laboratorium narasi bagi tunas-tunas muda. Di sana, ia membimbing, menginspirasi, dan menanamkan benih-benih kecintaan pada seni bercerita. 


    Ia percaya, dengan segenap jiwa dan raganya, bahwa anak-anak Maluku adalah narator terbaik bagi tanah mereka sendiri. Hanya mereka yang bisa menangkap esensi desiran angin di antara daun lontar, aroma laut yang asin, atau tawa renyah anak-anak yang bermain di tepi pantai di bawah naungan pohon kelapa.


    *Jejak Jurnalisme: Memahat Karakter dan Empati*


    Pengalaman panjangnya sebagai jurnalis menempa Yusnita menjadi pribadi yang tajam dan empatik. Ia belajar melihat dunia bukan hanya dengan mata, melainkan dengan hati yang terbuka, mencari makna di balik setiap peristiwa, setiap sorot mata, setiap jeda dalam percakapan. Proses ini, katanya, adalah pemurnian jiwa, mengikis ego dan menggantinya dengan kepekaan yang mendalam.



    *Dari Meliput Konflik, Hingga Menceritakan Keindahan*


    Kini, di Dinas Pariwisata, Yusnita tak merasa kehilangan jiwanya sebagai jurnalis. Justru, ia melihatnya sebagai lahan baru untuk meliput keindahan dan potensi yang sering luput dari perhatian. 


    Dengan naluri pencari berita, ia menggali cerita di balik setiap air terjun, setiap bentangan pantai tersembunyi, setiap senyuman penduduk lokal. Ia tak lagi mencari konflik untuk diberitakan, melainkan narasi keajaiban yang bisa menarik kunjungan wisatawan.


    "Jurnalisme mengajarkan saya bagaimana mengidentifikasi cerita yang layak diberitakan, yang bisa menarik perhatian," ujarnya suatu kali, matanya berbinar. 


    "Prinsip itu saya terapkan di sini. Bagaimana kita 'meliput' keindahan Seram Bagian Barat ini, agar dunia tahu bahwa di sini ada permata yang menunggu untuk ditemukan?" 


    Ia aktif menyusun narasi promosi, membimbing tim lokal untuk membuat konten digital yang autentik, dan bahkan menggunakan jejaringnya sebagai jurnalis untuk memperkenalkan destinasi baru. 


    Bagi Nita, promosi pariwisata bukan sekadar data statistik, melainkan tentang mengemas pengalaman, menjual mimpi, dan membangun koneksi emosional antara wisatawan dengan tanah Seram. Ia adalah seorang jurnalis cerita perjalanan dalam arti yang paling murni, mencari kisah di balik setiap lanskap dan budaya.


    *Kompas Idealisme di Era Digital*


    Di era digital yang begitu hiruk pikuk, di mana informasi melaju tanpa henti dan batas antara jurnalis profesional dan warga biasa semakin kabur, Yusnita tetap memegang erat kompas idealismenya. 


    Ia melihat bagaimana media sosial telah mendemokratisasi informasi, memungkinkan siapa saja untuk menjadi "reporter" dadakan. Namun, ia juga menyadari bahaya di balik kebebasan itu: disinformasi, sensasi, dan hilangnya kedalaman.


    Nita, dengan intuisi jurnalistik dan hati nurani yang tergerak sempat mengkomandoi komunitas  jurnalisme warga  Kompasianer Amboina . 


    Kepada para jurnalis muda, yang kini tumbuh di tengah derasnya arus informasi, Nita tak lelah berpesan: "Tetaplah idealis. Carilah kebenaran, sekalipun itu pahit. 


    Sajikan cerita yang berdampak, yang mampu menggerakkan hati dan pikiran." Ia menekankan pentingnya "cover both sides", melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang, karena apa yang terlihat baik bagi satu kelompok, belum tentu baik bagi semua. 


    Ini bukan sekadar etika jurnalistik, melainkan filosofi hidup. Sebuah panggilan untuk memahami kompleksitas manusia dan dunia, untuk tidak tergesa-gesa menghakimi, dan untuk selalu mencari keseimbangan dalam narasi.


    Yusnita  adalah lebih dari sekadar nama; ia adalah sebuah inspirasi, sebuah narasi hidup yang terus berlanjut. Dari hiruk-pikuk meja redaksi hingga keheningan pesisir Seram, ia terus berkarya, menganyam harapan, dan menanamkan benih-benih kebaikan. 


    Ia adalah bukti bahwa semangat jurnalisme tidak mengenal batas, tidak lekang oleh waktu, melainkan terus bertransformasi, menemukan cara baru untuk menyala dan menerangi. 


    Di setiap jengkal tanah Seram yang ia jelajahi, di setiap kisah yang ia dengar dan bagikan, Yusnita adalah seorang penjaga narasi, seorang pembawa cahaya, seorang perajut asa yang tak pernah lelah. Festival Pulau di Selat Valentine bahkan di gagasnya pada tahun 2021 untuk menunjukan bahwa masyarakat kepulauan juga bisa menjadi tuan rumah  pelaksanaan event  untuk mendorong pembangunan dari sektor wisata.


    (Sukrilina)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini