Sergap24.info
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Selasa (15/7/2025), mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan dagang dengan Indonesia. ”Kesepakatan hebat, untuk semua pihak, baru saja tercapai dengan Indonesia. Saya bernegosiasi langsung dengan Presiden mereka yang sangat dihormati. RINCIAN AKAN MENYUSUL!!!" kata Trump dalam sebuah unggahan di platform Truth Social.
Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif sebesar 32 persen terhadap Indonesia. Dalam surat yang dikirimkan Trump kepada Presiden Indonesia, beberapa waktu lalu, disampaikan bahwa tarif 32 persen akan berlaku mulai 1 Agustus mendatang.
Trump juga mengirimkan surat serupa ke sejumlah negara mitra dagang lain. Negara itu termasuk Kanada, Jepang, dan Brasil dengan menetapkan tarif 20 persen hingga 50 persen, serta tarif sebesar 50 persen untuk tembaga.
Tenggat 1 Agustus memberikan kesempatan bagi negara-negara yang menjadi target untuk merundingkan perjanjian yang dapat menurunkan tarif. Beberapa investor dan ekonom mencatat bahwa Trump memiliki pola sering menarik kembali ancaman tarifnya.
Sejak meluncurkan kebijakan tarifnya, Trump telah mencapai perjanjian dagang dengan tiga negara lain, yaitu China, Inggris, dan Vietnam.
Pada 11 Juli 2025, Istana Kepresidenan menyebut ada kemungkinan Presiden Prabowo Subianto berkomunikasi langsung dengan Presiden Trump untuk melakukan negosiasi tarif resiprokal. Negosiasi langsung oleh Presiden diharapkan dapat menurunkan pengenaan tarif Trump sehingga memberikan keuntungan bagi perdagangan Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Presiden Prabowo, Prasetyo Hadi, mengatakan, ada kemungkinan Presiden Prabowo Subianto melobi pengenaan tarif impor. Namun, ia belum bisa memastikan waktu pertemuan karena jadwalnya belum ditentukan. ”Saya belum bisa memastikan kapan,” ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Saat ini, tim negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sedang bekerja untuk melakukan negosiasi. Upaya tersebut dilakukan sebelum tarif benar-benar diterapkan pada 1 Agustus mendatang.
:quality(80)/https://cdn-dam.kompas.id/images/2025/07/10/af9a78025ae500ac30db6bacc53d1e62-Airlangga.jpeg)
Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Riandy Laksono, menilai, potensi tuduhan AS soal transshipment barang dari China bisa menjadi ancaman serius bagi delegasi Indonesia di tengah proses negosiasi tarif dengan pemangku kebijakan AS.
”Banyak pabrik relokasi membawa bahan baku dari China, lalu barangnya diekspor melalui negara ketiga, termasuk Indonesia. Ini sering dilabeli sebagai transshipment, padahal praktik ini muncul karena insentif tarif yang berbeda-beda yang diciptakan sendiri oleh AS,” kata Riandy saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (13/7/2025).
Ia menjelaskan, dalam banyak perjanjian perdagangan terdapat ketentuan mengenai asal barang (rules of origin) yang menentukan apakah suatu produk layak mendapatkan tarif preferensial atau bebas bea. Namun, definisi transshipment yang tidak jelas sering kali memunculkan tuduhan penyalahgunaan aturan tersebut.
Misalnya, produk dari China bisa dialihkan terlebih dahulu ke Australia melalui Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas antara Indonesia dan Australia. “Padahal, seharusnya ada proses produksi yang substansial atau perubahan kode HS (Harmonized System) agar barang tersebut memenuhi syarat asal,” ujarnya. (REUTERS)