Pulau Mendanau, Selat Nasik – Ancaman terhadap tanah leluhur kembali menghantui masyarakat pulau. Ironi terbesar bukan lagi soal tanah yang dirampas orang jauh, melainkan perlahan dilemahkan oleh tangan sendiri.
Di tengah cengkeraman oligarki dan kapitalisme yang kian menguat, pengayoman yang seharusnya melindungi rakyat justru kerap larut dalam permainan kepentingan. Ironinya, bahkan sebagian pihak yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat pun tak jarang ikut terbawa arus, alih-alih berdiri di garis depan untuk menjaga kepentingan warganya, kata Bang Obri, aktivis lingkungan anak pesisir.
Lebih memilukan, sebagian anak kampung di Pulau Mendanau tergoda ikut dalam praktik jual-beli tanah, bukan menjaga warisan leluhur pulau. Padahal, tanah bukan sekadar aset untuk diperdagangkan. Ia adalah titipan bagi anak cucu agar tetap memiliki kampung halaman, agar pulau ini tidak tenggelam oleh keserakahan, tambah Bang Obri.
Masyarakat masih mengingat bagaimana luka akibat eksploitasi bauksit meninggalkan trauma mendalam di pulau pesisir. Kini, suara peringatan kembali menggema dari Selat Nasik: sejarah kelam tak boleh terulang lagi, tutup Bang Obri.