• Jelajahi

    Copyright © Sergap24
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Halaman

    11 Pemain Asing di BRI Liga 1: Isyarat Minimnya Kepercayaan pada Pemain Lokal

    Redaksi
    Rabu, 09 Juli 2025, Juli 09, 2025 WIB Last Updated 2025-07-09T02:35:27Z
    masukkan script iklan disini
    (Ads) Butuh Bantuan Hukum :

        


    Sergap24.info -


     I-League atau nama baru dari PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi kasta tertinggi Indonesia mengeluarkan regulasi baru kuota pemain asing sejak musim 2025-2026. Sebanyak 11 pemain asing boleh dimiliki oleh setiap kontestan Super League, nama baru Liga 1. Dari 11 nama itu, delapan pemain bisa masuk daftar susunan pemain dan tampil sejak sepak mula.


    Kebijakan pemain asing itu menunjukkan kompetisi terbaik Indonesia selalu memperkenalkan tambahan jatah pemain asing dalam dua musim terakhir. Pada musim 2024-2025, sebanyak delapan pemain boleh didaftarkan setiap tim dan hanya enam yang boleh berlaga.


    Penambahan jumlah pemain asing yang bisa dikontrak klub itu tentu bakal mengancam kesempatan menit bermain pemain lokal. Hal itu bisa dilihat pada musim 2024-2025.


    Berdasarkan data Sofascore dan Transfermarkt, hanya Muhammad Toha, bek sayap kanan sekaligus kapten Persita Tangerang, pemain lokal yang masuk dalam daftar lima besar pemain dengan menit bermain terbanyak di BRI Liga 1 Indonesia 2024-2025.


    Toha, yang menyandang pemain paling setia bersama Persita saat ini, bermain dalam 33 gim dari 34 pertandingan semusim. Penampilannya berdurasi 2.965 menit. Artinya, ia hanya absen 95 menit dari durasi total pertandingan ”Pendekar Cisadane” di bawah asuhan Fabio Lefundes.

    Pesepak bola Persita Tangerang Muhammad Toha (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Bali United Jefferson Mateus (tengah) pada pertandingan BRI Liga 1 di Stadion Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2024). Persita berhasil mengalahkan tamunya dengan skor 4 - 2. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/Spt.

    Adapun empat pemain yang paling banyak bermain di Liga 1 musim lalu ialah pemain-pemain impor yang telah cukup berpengalaman karena telah berusia lebih dari 32 tahun. Mereka adalah Sonny Stevens (kiper/Dewa United) yang tidak melewatkan sedetik pun pertandingan tim berjuluk ”Banten Warriors” itu. Secara total, kiper berpaspor Belanda itu bermain selama 3.060 menit dalam 34 gim.


    Tiga pemain yang tampil terbanyak ialah Joao Ferrari (bek tengah/PSIS Semarang), Pedro Monteiro (bek tengah/Madura United), serta Lucas Frigeri (kiper/Arema FC). Mereka menunjukkan level kebugaran dan kedisiplinan yang luar biasa.


    Jika melebarkan daftar menjadi 10 besar daftar pemain menit terbanyak, pemain dalam negeri hanya menambah satu nama. Dia adalah bek tengah, Safrudin Tahar, yang musim lalu berkarier untuk Malut United.


    Tahar selalu tampil pada 34 laga Malut, tetapi menit bermainnya hanya mencapai 2.859 menit. Dengan kata lain, bek berusia 30 tahun itu menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang bisa tampil di seluruh laga Liga 1 musim lalu.


    Seandainya memperbesar lagi daftar menjadi 25 pemain menit bermain tertinggi, pemain binaan asli Indonesia hanya bisa mencantumkan total enam pemain. Tambahan empat pemain lainnya adalah Fajar Fathurrahman (bek sayap kanan/Borneo FC), Yance Sayuri (bek sayap kiri/Malut United), Mario Jardel (bek sayap kiri/Persita Tangerang), dan Rizky Ridho (bek tengah/Persija Jakarta).


    Secara total, hanya 27 pemain binaan pemain lokal—tanpa pemain naturalisasi—yang masuk dalam daftar 100 pemain dengan durasi bermain terbanyak di Liga 1 2024-2025. Artinya, pemain asing amat dominan menjadi andalan 18 klub terbaik Indonesia.

    Konsisten menurun

    Penambahan jatah pemain asing pada dua musim terakhir terbukti mengurangi peluang bermain pemain-pemain lokal. Alasan kehadiran pemain asing untuk ”menyeleksi” pemain lokal terbaik bermain di Liga 1, juga membantu pemain lokal menaikkan level tidak bisa menjadi pijakan.


    Hal itu justru mempertebal ketidakberpihakan pemangku kepentingan sepak bola nasional, terutama operator kompetisi dan federasi, terhadap pemain yang lahir dari rahim ibu pertiwi. Memang ada pemain lokal yang bisa bersaing dengan pemain asing, tetapi jumlahnya amat minim.


    Penyebabnya, adalah ketidakadilan dalam persaingan. Pemain-pemain asing yang mayoritas berasal dari Amerika Selatan, Eropa, dan Asia Timur telah memiliki kualitas sistem dan fasilitas pembinaan jauh di atas Indonesia.


    Jumlah 27 pemain lokal yang masuk daftar 100 pemain menit terbanyak Liga 1 2024-2025 menunjukkan penurunan drastis dibandingkan dua musim sebelumnya. Pada musim 2023-2024 ketika klub hanya diizinkan merekrut delapan pemain impor, kuantitas pemain lokal masuk dalam daftar prestisius itu mencapai 40 orang.


    Adapun pada musim 2022-2023 ketika pemain asing hanya maksimal enam pesepak bola, terdapat 49 pemain lokal yang masuk dalam susunan 100 pemain menit tertinggi di Liga 1.


    Lalu, bagaimana perbandingan dengan liga-liga pesaing di Asia Tenggara?

    Tiga liga kawasan ASEAN yang menjadi patokan langsung Indonesia, yaitu Thailand, Malaysia, dan Vietnam terbukti masih lebih ramah dengan pemain hasil binaan mereka. Selama musim 2024-2025, Thailand, misalnya, memberlakukan aturan sembilan pemain asing. Malaysia memberikan kesempatan klub mengontrak maksimal 15 pemain, serta Vietnam menerapkan kebijakan lima pemain asing.


    Di Liga Malaysia, masih terdapat 48 pemain binaan klub-klub lokal yang masuk dalam daftar 100 pemain dengan menit bermain terbanyak di Liga Super Malaysia. Jumlah itu tanpa memasukkan sejumlah pemain naturalisasi yang menghiasi timnas Malaysia.


    Pemain lokal Thailand berjumlah sampai 54 orang yang masuk daftar bergengsi tersebut di Thai 1 edisi 2024-2025. Adapun Vietnam masih melindungi hak bermain talenta lokal. Sebanyak 70 pemain asli Vietnam mendominasi daftar 100 pemain dengan menit tertinggi di V.League 1 musim lalu.


    Dengan masih mengandalkan banyak pemain lokal, tim-tim di tiga liga ASEAN itu mampu tampil apik di ajang internasional. Buriram United asal Thailand lolos hingga perempat final Liga Champions Asia Elite serta juara Kejuaraan ASEAN. Cong An Ha Noi (CAHN) menembus final Kejuaraan ASEAN. Sementara raksasa Malaysia, Johor Darul Ta’zim, dikalahkan Buriram pada babak 16 besar Liga Champions Asia Elite.


    Kondisi kontras tercipta dari duta Indonesia. Persib gugur di fase grup Liga Champions Asia Dua. Madura United disingkirkan wakil Kamboja, Svay Rieng, di semifinal Liga Challenge Asia. Adapun PSM Makassar kalah dari CAHN di semifinal Kejuaraan ASEAN. Borneo FC tersisih di fase grup Kejuaraan ASEAN.


    Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus mengatakan, penambahan kuota pemain asing merupakan hasil kesepakatan klub dalam rapat umum pemegang saham PT LIB, Senin (7/7/2025) kemarin. Ia menilai penambahan pemain asing itu tidak akan mematikan kesempatan pemain lokal tampil.


    ”Sekarang sudah ditetapkan delapan pemain, jadi jika ada cedera dan sebagainya penggantinya tetap (pemain) lokal. Kuota lokal tidak terlalu terdegradasi dari jumlah (musim) lalu,” kata Ferry.


    Sementara itu, Andritany Ardhiyasa, Presiden Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), berharap regulasi anyar pemain asing itu ditinjau kembali. APPI, lanjut Andritany, menganggap pemain lokal tidak bisa mendapatkan keadilan untuk bersaing dengan pemain asing.


    Penyebabnya, pemain lokal tidak memiliki fasilitas, infrastruktur, dan ekosistem yang berkualitas serupa negara-negara yang industri sepak bolanya sudah berjalan baik.


    ”Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan jam terbang talenta lokal di Indonesia. Jika muara dari kompetisi yang lebih berkualitas adalah prestasi tim nasional, regulasi ini sangat kontradiktif,” ujar Andritany yang juga kiper Persija.


    Tampaknya, BRI Super League seperti perubahan namanya juga ingin lebih terasa nuansa internasional. Bukan lagi kompetisi yang berpihak pada pemain-pemain lokal


    Sumber : Kompas

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini