Muara Wahau, Kamis 25 September 2025 –
Sebuah kisah kepedulian lahir di Afdeling LA, ketika seorang sopir borongan jangkos, Paris, dengan sukarela mengantarkan seorang pasien yang membutuhkan perawatan segera ke Klinik Induk KBB tanpa meminta imbalan sedikit pun.
Kurniati, anak seorang karyawan ME 2 Afdeling LA, harus menjalani rawat inap di Klinik Induk KBB pada Kamis (25/9/2025). Sejak Selasa (23/9/2025), Kurniati sudah mengalami sakit perut, diare, disertai demam dan batuk pilek. Awalnya ia berobat ke Klinik Estet Melenyu 2 yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Namun hingga Rabu (24/9/2025), kondisi kesehatannya tidak menunjukkan perubahan. Meski sempat kembali berobat, pihak medis klinik setempat hanya menyarankan agar menunggu hingga esok hari untuk dirujuk ke Klinik Induk KBB jika belum ada perkembangan.
Melihat kondisi adiknya semakin mengkhawatirkan, Anto—kakak dari Kurniati—memutuskan mendatangi kantor afdeling pada Kamis pagi (25/9) untuk meminta agar adiknya segera dirujuk sekaligus meminta kendaraan perusahaan. Sayangnya, mobil perusahaan yang ditunggu datang terlalu lama.
Dalam situasi genting tersebut, Anto akhirnya meminta bantuan kepada Paris, sopir borongan jangkos yang juga berdomisili di Afdeling LA. Tanpa ragu, Paris langsung mengantarkan Kurniati ke Klinik Induk KBB menggunakan mobil pribadinya, tanpa meminta bayaran sepeser pun.
“Paris itu orangnya memang suka menolong. Bukan hanya adik saya, tapi sudah banyak orang yang pernah dia antar ke klinik kalau ada yang sakit. Kami sangat berterima kasih atas kebaikannya,” ujar Anto kepada Samsul, anggota Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) yang meliput kejadian ini.
Selain menyampaikan apresiasi kepada Paris, Anto juga berterima kasih kepada seluruh tenaga medis di Klinik Induk KBB yang memberikan pelayanan ramah, humanis, serta penuh perhatian dalam menangani Kurniati.
Samsul sendiri mengaku bangga atas pelayanan para perawat Klinik Induk KBB yang menurutnya sangat baik, ramah, dan patut diapresiasi.
Kisah sederhana ini menjadi pengingat bahwa kepedulian sosial masih hidup di tengah masyarakat. Sikap Paris, yang rela membantu tanpa pamrih, mendapat banyak apresiasi dan bisa menjadi teladan tentang arti solidaritas dan kemanusiaan.
(Samsul Daeng Pasomba/Tim)